Saturday, 28 March 2015

Marketing Lembaga Pendidikan Nonformal



MAKALAH
“Marketing/Pemasaran Pendidikan Nonformal”
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pesantren dan Luar Sekolah
Dosen pengampu : Zainal Arifin, M. Si
Disusun oleh :
Abdau Qur’ani Habib (12490128)
Am Saifullah Aldeia (12490073)
Chussen (12490119)
Ernita Rohmaniati (12490024)
Hayulia (12490090)
Mila Hendrianawati (12490044)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan nonformal sebagai sebuah bagian dari sistem pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam rangka pengembangan dan implementasi belajar sepanjang hayat (lifelong learning).[1] Pendidikan nonformal sebagai solusi alternatif pendidikan sosial harus dikelola secara tepat dan mempunyai daya guna agar dalam menjalankan program pendidikan dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat terutama yang tidak mendapat jangkauan dari pendidikan formal. Selanjutnya diperlukan juga sumber daya yang kompeten guna untuk mentransfer ilmu pengetahuan serta keterampilan sehingga nantinya output yang dihasilkan kualitasnya minimal dapat setara dengan yang mengenyam pendidikan formal. Selain itu, diperlukan adanya hubungan atau kerja sama antar berbagai elemen pendidikan dengan proses manajerial lembaga untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan nonformal harus memiliki strategi operasional yang berorientasi pada longlife education dalam upaya pemerataan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman.


B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian marketing/pemasaran pendidikan nonformal?
2.      Bagaimana konsep pemasaran dalam jasa pendidikan nonformal?
3.      Apa saja elemen dalam marketing/pemasaran pendidikan nonformal?
4.      Bagaimana tujuan dan fungsi marketing/pemasaran pendidikan nonformal?
5.      Bagaimana proses manajerial dalam marketing/pemasaran pendidikan nonformal?
C.      Tujuan Penulisan
1.      Mampu menjelaskan pengertian marketing/pemasaran pendidikan nonformal.
2.      Mampu menjelaskan konsep pemasaran dalam jasa pendidikan nonformal.
3.      Mampu menjelaskan elemen dalam marketing/pemasaran pendidikan nonformal.
4.      Mampu menjelaskan tujuan dan fungsi marketing/pemasaran pendidikan nonformal.
5.      Mampu menjelaskan proses manajerial dalam marketing/pemasaran pendidikan nonformal.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Marketing/Pemasaran Pendidikan Nonformal
Menurut Kotler (2003: 8) pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik oleh individu maupun kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan (creation) penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut Buchari Alma (2003: 53) mengungkapkan bahwa pemasaran dalam dunia pendidikan merupakan penawaran mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh.[2] Secara umum pemasaran pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan lembaga pendidikan dalam menarik minat pelanggan dengan menawarkan berbagai macam layanan yang bermutu berdasarkan kebutuhan untuk menghasilkan output yang diharapkan baik oleh lembaga maupun pelanggan pendidikan. Dengan kata lain, pemasaran pendidikan merupakan langkah pembaruan ketika sebuah lembaga pendidikan harus mengikuti ketatnya persaingan untuk memperoleh customer/pelanggan.
Pemasaran pendidikan didasarkan pada dua landasan filosofis, yaitu landasan epistemologis dan landasan politik. Pertama, landasan epistemologis memberikan masukan pada lembaga supaya senantiasa berusaha untuk mengerti kebutuhan dunia sekelilingnya dengan menganalisis masalah pendidikan dengan mempertimbangkan kebijakan yang telah ada serta mengedepankan prinsip pada kebenaran. Kedua, landasan politik mempengaruhi lembaga untuk memikirkan kehidupan secara praktis yang ditujukan masa depan atau jangka panjang dalam merespon berbagai macam tantangan pendidikan.[3]
Apabila dikaitkan dengan pendidikan nonformal, maka pengertian pemasaran pendidikan memiliki makna bahwa lembaga pendidikan nonformal dibangun untuk merespon tuntutan globalisasi serta reformasi dalam bidang pendidikan secara fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan  serta tingkat kebutuhan belajar masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan di masa depan.[4]

B.  Konsep Pemasaran dalam Jasa Pendidikan
            Ada beberapa tahap perkembangan konsep marketing yang digunakan oleh para pengusaha dalam menghadapi persaingan yaitu;
1.      Konsep Produksi
Konsep ini berpandangan bahwa perusahaan membuat produksi sebanyak-banyaknya. Dengan produksi massal ini akan diperoleh efisiensi dalam pemakaian input dan efisiensi dalam proses produksi. Kemudian perusahaan akan dapat menetapkan harga jual lebih murah dari saingan. Hal ini sejalan dengan  keinginan konsumen, agar mereka mudah memperoleh barang yang mereka butuhkan, mereka bisa membeli dibanyak tempat, dan harganya tidak terlalu mahal.
Jika hal ini diterapkan dalam jasa pendidikan, bukan berarti lembaga pendidikan menghasilkan lulusan secara massal dengan mengabaikan mutu, kemudian menurunkan uang kuliah, agar lebih banyak peminat masuk. Konsep produksi dalam jasa pendidikan, harus tetap memegang teguh peningkatan mutu lulusannya, dan uang kuliah tidak terlalu tinggi.
2.      Konsep Produsen
Konsep ini berlaku sudah sejak lama, pada saat produsen berada pada posisi kuat. Produsen menghasilkan produk yang sangat baik, menurut ukuran atau selera produsen sendiri, bukan menurut kehendak konsumen, konsumen demikian banyaknya sehingga selera mereka pun sangat bervariasi. Selera konsumen tidak dapat diidentikkan dengan selera produsen. Inilah satu kesalahan yang terjadi pada konsep produk, yang menyamakan selera produsen dengan selera konsumen. Akibatnya jika timbul pesaing baru yang kreatif dalam bidang produksi, maka pengusaha yang menganut konsep ini akan kalah dalam persingan.
Jika ini diterapkan dalam lembaga pendidikan, maka pimpinan lembaga tidak boleh berbuat sekehendaknya. Walaupun dalam rangka meningkatkan mutu. Pimpinan sekali-kali harus memonitor apa kehendak konsumen, apa keluhan-keluhan yang diobrolkan oleh para mahasiswa diluar ataupun dosen, tenaga administrasi dan sebagainya.
3.      Konsep Penjualan
Pengusaha yang menganut konsep penjualan berpendapat bahwa yang penting, produsen menghasikan produk, kemudian produk itu dijual ke pasar dengan menggunakan promosi secara besar-besaran. Produsen ini mempunyai keyakinan bahwa dengan jalan promosi, konsumen dipengaruhi, dirangsang dimotivasi untuk membeli, maka mereka pasti kan membeli. Konsep ini banyak dianut oleh para produsen, dan mereka pun berhasil dalam pemasaran produknya. Akan tetapi strategi ini tidak akan mampu bertahan untuk selamanya.
Jika ini diterapkan pada lembaga pendidikan, maka ada kecenderungan lembaga menggunakan surat kabar, TV, memasang iklan, layaknya seperti iklan barang saja, iklan ini bisa saja, asal ada bukti nyata yang menunjang kekuatan iklannya.
4.      Konsep Marketing
Konsep marketing ini menyatakan bahwa produsen, jang memperhatikan diri sendiri, jangan melihat selera sendiri, tetapi lihatlah, carilah apa dan bagaimana selera konsumen. Marketing tidak berarti bagaimana menjual produk agar laris habis. Tidak peduli apa yang akan terjadi setelah itu. Konsep marketing lebih berorientasi jangka panjang. Konsep ini lebih menekankan kepada “kepuasan konsumen”. Tujuan marketing ialah bagaimana usaha untuk memuaskan selera, memenuhi “needs and wants” dari konsumen.
Lembaga pendidikan yang mengaut konsep marketing ini, tahu persis apa yang akan dilakuka. Lembaga pendidikan, bisnisnya bukan hanya sekedar mengajar siswa tiap hari sesuai jadwal kemudian melaksanakan ujian, lulus, habis perkara. Tapi harus lebih jauh dari itu. Siswa harus merasa lebih puas dengan layanan lembaga dalam banyak hal misalnya dalam suasana belajar mengajar, ruang kelas yang bersih, taman yang asri, dosen-dosen yang ramah, perpustakaan, lab, lapangan olahraga, dan sebagainya harus siap melayani siswa.
5.      Konsep Responsibility = Konsep Societa = Konsep Kemasyarakatan
Konsep ini menyatakan bahwa dunia perusahaan harus bertanggung jawab pada asyarakat terhadap segala perilaku bisnisnya. Perusahaan harus menghasilkan produk yang dapat diandalkan, tidak cepat rusak, tidak berbahaya bila digunakan oleh konsumen, dan turut menjaga kelestarian alam. Dunia bisnis harus berhemat dalam menggunakan sumber-sumber alam, dan turut mengadakan penghijauan.
Demikian pula sebuah perguruan tinggi, harus bertanggung jawab terhadap masyarakat luas, atas mutu lulusan yang dihasilkannya. Jangan sampai lulusan yang dihasilakan malah membawa ekses di masyarakat, berlaga denagn title kejarjanaan yang ia peroleh. Lembaga pendidikan harus bertanggung jawab atas uang masyarakat yang dipungut dan yang dipergunaka, sehingga betul-betul memberikan hasil yang maksimal buat kepentinagn masyarakat.

C.  Elemen – Elemen dalam Marketing Pendidikan Nonformal
Pemasaran pendidikan mempunyai tujuh elemen pokok, yaitu :
1.      Product merupakan hal yang paling mendasar yang akan menjadi pertimbangan preferensi pilihan bagi customer, merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada customer yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
2.      Price merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk, dimana apabila mutu produk baik, maka calon siswa berani membayar lebih tinggi apabila dirasa dalam batas kejangkauan pelanggan pendidikan.
3.      Place adalah letak lokasi sekolah mempunyai peran yang sangat penting, karena lingkungan dimana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa yang dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan pilihan.
4.      Promotion merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yaitu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, atau mengingaatkan pasar sasaran atas lembaga dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang di tawarkan oleh lembaga tersebut.
5.      People ini menyangkut peran pemimpin dan civitas akademika dalam meningkatkan citra lembaga, dalam arti semakin berkualitas unsur pemimpin dan civitas akademika dalam melakukan pelayanan pendidikan maka akan meningkat jumlah pelanggan dalam pendidikan non formal..
6.      Physical evidence merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa pendidikan sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga kepada pelanggannya, misalnya; berupa banguna, laboratorium, lapangan olahraga, dan pertamanan.
7.      Process adalah penyampaaian jasa pendidikan merupakan inti dari seluruh pendidikan, kualitas dari seluruh elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi hal yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan dan citra yang terbentuk akan membentuk circle dalam merekrut Pelanggan pendidikan dalm pendidikan non formal.[5]

D.  Tujuan dan Fungsi Pemasaran Pendidikan Nonformal
Untuk menentukan tujuan maupun fungsi dari pemasaran pendidikan non formal, tentunya tidak akan dapat terlepas dari pengertian yang telah disampaikan di atas. Adapun beberapa tujuan dari pemasaran pendidikan non formal adalah sebagai berikut:[6]
1.      memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-produk lembaga pendidikan nonformal.  
2.      meningkatkan minat dan ketertarikan masyarakat pada produk lembaga pendidikan nonformal.
3.      membedakan produk lembaga pendidikan non formal dengan lembaga pendidikan nonformal yang lain.
4.      memberikan penilaian lebih pada masyarakat dengan produk yang ditawarkan.
5.      menstabilkan eksisensi dan kebermaknaan lembaga pendidikan di masyarakat.
Jadi, yang ingin dicapai dari pemasaran pendidikan adalah mendapatkan pelanggan yang disesuaikan dengan target, baik itu yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas dari calon pelanggan (siswa).
Sedangkan fungsi dari pemasaan pendidikan non formal adalah sebagai langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan non formal harus mengikuti atau mengimbangi ketatnya persaingan dalam memperoleh pelanggan (customer). Jadi, pemasaran pendidikan berguna sebagai suatu langkah dalam mengimbangi posisi pendidikan di era persaingan global.





E.  Proses Manajerial Pemasaran Pendidikan Non Formal
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proses pemasaran lembaga pendidikan non formal yaitu :
1.    Perencanaan
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam membuat perencaan pemasaran adalah:
a)      Menentukan visi, misi, tujuan umum, dan tujuan khusus lembaga pendidikan.
b)      Menganalisis ancaman dan peluang eksternal lembaga pendidikan.
c)      Mengetahui kecenderungan “kondisi pasar” sekaligus menentukan calon siswa yang akan dipilih lembaga pendidikan.
2.    Pelaksanaan
Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemasaran adalah memperhatikan variabel-variabel yang dapat menarik minat pelanggan.
3.    Pengendalian
Hal ini diperlukan untuk pecapaian sebuah kontrol yang baik, karena lembaga pendidikan sangat memerlukan informasi-informasi yang akurat dan memadai. Kemudian informasi yang telah didapatkan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kontrol dan evaluasi. Muhaimin, et al. (2010: 109) mengutip dari Drucker, 1990 mengatakan bahwa ada 3 jenis kontrol yang dapat dilakukan oleh organisai nirlaba seperti suatu lembaga pendidikan yaitu:
a)      Rencana kontrol tahunan, meliputi monitoring pada kinerja pemasaran yang berlangsung untuk meyakinkan bahwa volume penjualan tahunan dan keuntungan yang ditargetkan. Alat utamanya adalah analisis penjualan, analisis pangsa pasar, analisis anggaran pemasaran, dan penelusuran sikap pasar;
b)      Kontrol profitabilitas, yaitu determinasi profitabilitas yang aktual dari pemasaran yang telah dilakukan, dan akhirnya dapat diidentifikasi titik-titik kelemahan dalam pelaksanaan pemasaran. Misalnya kesesuaian layanan dengan kebutuhan di masyarakat, segmen pasar, saluran promosi, dsb;
c)      Audit pemasaran, bertujuan menganalisis tujuan pemasaran, strategi, dan sistem yang diadaptasi secara optimum dan lingkungan tujuan pemasaranyang telah diramalkan.[7]




BAB III
PENUTUP
ΓΌ  Kesimpulan
·      Pemasaran pendidikan memiliki makna bahwa lembaga pendidikan nonformal dibangun untuk merespon tuntutan globalisasi serta reformasi dalam bidang pendidikan secara fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan  serta tingkat kebutuhan belajar masyarakat dalam mencapai tujuan pendidikan di masa depan.
·      Ada beberapa tahap perkembangan konsep marketing yang digunakan oleh para pengusaha dalam menghadapi persaingan yaitu konsep produksi, konsep produsen, konsep penjualan, konsep marketing, dan konsep responsibility.
·      Pemasaran pendidikan mempunyai tujuh elemen pokok, yaitu product, price, place, promotion, people, phisycal evident, dan process.
·      Adapun beberapa tujuan dari pemasaran pendidikan non formal adalah memberi informasi kepada masyarakat tentang produk-produk lembaga pendidikan nonformal, meningkatkan minat dan ketertarikan masyarakat pada produk lembaga pendidikan nonformal, membedakan produk lembaga pendidikan non formal dengan lembaga pendidikan nonformal yang lain, memberikan penilaian lebih pada masyarakat dengan produk yang ditawarkan, dan menstabilkan eksisensi dan kebermaknaan lembaga pendidikan di masyarakat.
·      Fungsi dari pemasaan pendidikan non formal adalah sebagai langkah pembaharuan ketika sebuah lembaga pendidikan non formal harus mengikuti atau mengimbangi ketatnya persaingan dalam memperoleh pelanggan (customer).
·      Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proses pemasaran lembaga pendidikan non formal yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.


DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, Manjemen Pemasaran  dan Pemasaran Jasa, Bandung: Alfabeta, 2007.
Kamil, Mustofa, Pendidikan Nonformal Pengembangan melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Komunikan  Jepang), Bandung: Alfabeta, 2009.
Marzuki, Saleh, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, Bandung: Remaja RosdaKarya, 2012.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012.


[1] Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal Pengembangan melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Komunikan  Jepang), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 3
[2] Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 337-338
[3] Ibid., hlm 338
[4] Saleh Marzuki, Pendidikan Nonformal: Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2012), hlm. 238-240
[5] Buchari Alma, Manjemen Pemasaran  dan Pemasaran Jasa, (Bandung: Alfabeta, 2007),  hlm. 382-384
[6] http://www.al-imancommunity.com/2011/08/manajemen-pemasaran-pendidikan.html. Diakses hari Selasa  Oktober 2014 pukul 20.00 WIB
[7] http://www.al-imancommunity.com/2011/08/manajemen-pemasaran-pendidikan.html. Diakses hari Selasa  Oktober 2014 pukul 20.00 WIB